Sebagai manusia biasa kita pasti sering mengalami perubahan
kondisi hati. Adakalanya manusia berada dalam kondisi yang menyenangkan,
sebaliknya juga mengalami kondisi yang tidak menyenangkan, galau, kecewa, sedih
dan lain-lain dengan berbagai macam faktor penyebabnya.
Hal ini sudah menjadi sesuatu yang lazim dalam perjalanan
hidup manusia sebagai hamba Tuhan yang tentunya akan selalu diuji sebagai tolak
ukur tingkat kesabaran seseorang. Sebagaimana Firman Allah swt :
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ
مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, ( QS. Al-Baqoroh : 155 )
Tentunya setiap manusia pasti menghendaki hatinya untuk
selalu dalam keadaan lapang, namun kelapangan hati tersebut akan terasa sulit
dicapai ketika seseorang berada dalam keadaan galau, bingung, sedih dan kecewa.
Pada umumnya penyebab datangnya kesedihan dan kekecewaan dan
sejenisnya, bersumber dari masalah-masalah yang bersifat duniawi, seperti
harta, syahwat, tahta, asmara dan lain-lain. Kegalauan seperti ini justru
membuat hati cenderung menjadi gelap. Tentunya dalam kegelapan seseorang sulit
melihat sehingga ia hanya mampu meraba-raba, mengira-ngira diiringi dengan rasa
khawatir dan rasa takut, dan hilang arah. Pada intinya kegalauan yang disebabkan karena
uusan duniawi cenderung membuat hati menjadi gelap. Seperti yang diungkapkan
oleh Syekh Az-Zarnuji dalam Ta’lim Muta’allim :
هُمُوْمُ الدُّنْيَا لَاتَخْلُو عَنِ
الظُّلْمَةِ فِى الْقَلْبِ وَهُمُوْمُ الْأَخِرَةِ لَا تَخْلُوْا عَنِ النُّوْرِ
فِى الْقَلْبِ
“ Kecemasan terhadap urusan dunia tidak akan sepi dari kegelapan dalam
hati dan kecemasan-kecemasan terhadap urusan akhirat tidak akan sepi dari cahaya dalam
hati”
Diantara penyebab mudahnya seseorang tenggelam dalam
kegalauan dan kegelisahan yaitu dikarenakan jarang mengingat Allah dan
berpaling dari perngatan-peringatan Allah, seperti Firman Allah dalam Al-Qur’an
:
وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا
وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى
Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya
kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan
buta.”( QS. Taha : 124 )
Berbeda halnya dengan kegalauan dalam urusan akhirat, seperti yang
telah disampaikan oleh Syekh Az-Zarnuji diatas, bersedih, bingung dalam meniti
jalan Allah adalah berkas-berkas cahaya yang akan membawa seseorang pada
kondisi hati yang lapang. Ketika seseorang ingin memulai memperbaiki amaliyah
akhiratnya tentu tidak secara tiba-tiba ia mendapat halawah ( rasa manis ) di
dalam ketaatan, apalagi ketika ia behijrah berawal dari masa lalu yang kelam
tentunya ada masa transisi pada kondisi spiritualnya. Contohnya seperti
seseorang merasa bersedih ketika ia merasa sulit untuk fokus dan khusyu ketika
beribadah, atau bergejolak nya pertanyaan-pertanyaan dalam benaknya ketika ia
baru mulai mencari kebenaran haqiqi tentang Tuhannya. Hal ini gambaran
seseorang yang galau karena Tuhannya. Fenomena spiritual yang demikian merupakan
hal yang positif, Imam Al-Ghozali dalam Bidayatul Bidayah mengutip sebuah hadits qudsi
:
أَنَا عِنْدَ الْمُنْكَسِرَةِ قُلُوْبُهُمْ مِنْ
أَجْلِى
“AKU bersama orang yang berantakan hatinya karena AKU”
Dalam mengarungi perjalanan ruhani menuju Allah dibutuhkan semangat
tinggi, karena begitu melelahkannya berjuang mengendalikan hawa nafsu. Rasa
sedih dan galau karena naik turunnya semangat ruhaniyah menuju Allah swt,
muhasabah tentang dosa-dosa dan keburukan diri, menyadari kekurangan diri
karena malas dalam melakukan ketaatan, kesedihan yang seperti ini lah yang
mengundang cahaya petunjuknya Allah SWT, seperti firman Allah Dalam Al-Qur’an
surat Al-Ankabut ayat 69 :
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا
لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ ࣖ
“Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari
keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.
Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan.”
Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk menepis rasa cemas
terhadap masalah dunia sebisa mungkin, karena cemas terhadap urusan dunia
cenderung mendatangkan kekalutan, kebingungan, kekhawatiran. Namun disisi lain
Rasulullah SAW pun memberikan solusi dalam menghadapi hal-hal tersebut,
diantaranya seperti doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW pada Abu Salamah RA
..... أَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُبِكَ مِنَ
الْهَمِّ وَالْحُزْنِ وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَ الْكَسَلِ وَ أَعُوْذُبِكَ
مِنَ الْجُبْنِ وَ الْبُخْلِ وَ أَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَ قَهْرِ
الرِّجَالِ
…Ya Allah sesungguhnya aku berlindung padaMu dari bingung dan
sedih, dan aku berlindung padaMu dari lemah dan malas, dan aku berlindung
padaMu dari penakut dan kikir, dan aku berlindung padaMu dari terlilit hutang (
HR. Abu Dawud )
Apapun jenis kegalauan tersebut baik urusan dunia maupun akhirat,
hendaklah kita kembalikan semuanya pada Allah swt, dengan demikian galau karena
urusan dunia pun akan terobati dan larut dengan sendirinya dalam doa dan
tercatat sebagai amaliyah akhirat.
No comments:
Post a Comment