Pages

Monday, November 6, 2023

Galau Yang Mendatangkan Kegelapan Dan Cahaya Dalam Hati



Sebagai manusia biasa kita pasti sering mengalami perubahan kondisi hati. Adakalanya manusia berada dalam kondisi yang menyenangkan, sebaliknya juga mengalami kondisi yang tidak menyenangkan, galau, kecewa, sedih dan lain-lain dengan berbagai macam faktor penyebabnya.

Hal ini sudah menjadi sesuatu yang lazim dalam perjalanan hidup manusia sebagai hamba Tuhan yang tentunya akan selalu diuji sebagai tolak ukur tingkat kesabaran seseorang. Sebagaimana Firman Allah swt :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ

Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, ( QS. Al-Baqoroh : 155 )

Tentunya setiap manusia pasti menghendaki hatinya untuk selalu dalam keadaan lapang, namun kelapangan hati tersebut akan terasa sulit dicapai ketika seseorang berada dalam keadaan galau, bingung, sedih dan kecewa.

Pada umumnya penyebab datangnya kesedihan dan kekecewaan dan sejenisnya, bersumber dari masalah-masalah yang bersifat duniawi, seperti harta, syahwat, tahta, asmara dan lain-lain. Kegalauan seperti ini justru membuat hati cenderung menjadi gelap. Tentunya dalam kegelapan seseorang sulit melihat sehingga ia hanya mampu meraba-raba, mengira-ngira diiringi dengan rasa khawatir dan rasa takut, dan hilang arah.  Pada intinya kegalauan yang disebabkan karena uusan duniawi cenderung membuat hati menjadi gelap. Seperti yang diungkapkan oleh Syekh Az-Zarnuji dalam Ta’lim Muta’allim :

هُمُوْمُ الدُّنْيَا لَاتَخْلُو عَنِ الظُّلْمَةِ فِى الْقَلْبِ وَهُمُوْمُ الْأَخِرَةِ لَا تَخْلُوْا عَنِ النُّوْرِ فِى الْقَلْبِ

“ Kecemasan terhadap urusan  dunia tidak akan sepi dari kegelapan dalam hati dan kecemasan-kecemasan terhadap urusan  akhirat tidak akan sepi dari cahaya dalam hati”

Diantara penyebab mudahnya seseorang tenggelam dalam kegalauan dan kegelisahan yaitu dikarenakan jarang mengingat Allah dan berpaling dari perngatan-peringatan Allah, seperti Firman Allah dalam Al-Qur’an :

وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى

Siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.”( QS. Taha : 124 )

Berbeda halnya dengan kegalauan dalam urusan akhirat, seperti yang telah disampaikan oleh Syekh Az-Zarnuji diatas, bersedih, bingung dalam meniti jalan Allah adalah berkas-berkas cahaya yang akan membawa seseorang pada kondisi hati yang lapang. Ketika seseorang ingin memulai memperbaiki amaliyah akhiratnya tentu tidak secara tiba-tiba ia mendapat halawah ( rasa manis ) di dalam ketaatan, apalagi ketika ia behijrah berawal dari masa lalu yang kelam tentunya ada masa transisi pada kondisi spiritualnya. Contohnya seperti seseorang merasa bersedih ketika ia merasa sulit untuk fokus dan khusyu ketika beribadah, atau bergejolak nya pertanyaan-pertanyaan dalam benaknya ketika ia baru mulai mencari kebenaran haqiqi tentang Tuhannya. Hal ini gambaran seseorang yang galau karena Tuhannya. Fenomena spiritual yang demikian merupakan hal yang positif, Imam Al-Ghozali dalam Bidayatul Bidayah mengutip sebuah hadits qudsi :

أَنَا عِنْدَ الْمُنْكَسِرَةِ قُلُوْبُهُمْ مِنْ أَجْلِى

“AKU bersama orang yang berantakan hatinya karena AKU”

Dalam mengarungi perjalanan ruhani menuju Allah dibutuhkan semangat tinggi, karena begitu melelahkannya berjuang mengendalikan hawa nafsu. Rasa sedih dan galau karena naik turunnya semangat ruhaniyah menuju Allah swt, muhasabah tentang dosa-dosa dan keburukan diri, menyadari kekurangan diri karena malas dalam melakukan ketaatan, kesedihan yang seperti ini lah yang mengundang cahaya petunjuknya Allah SWT, seperti firman Allah Dalam Al-Qur’an surat Al-Ankabut ayat 69 :

وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ ࣖ

“Orang-orang yang berusaha dengan sungguh-sungguh untuk (mencari keridaan) Kami benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan.”

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita untuk menepis rasa cemas terhadap masalah dunia sebisa mungkin, karena cemas terhadap urusan dunia cenderung mendatangkan kekalutan, kebingungan, kekhawatiran. Namun disisi lain Rasulullah SAW pun memberikan solusi dalam menghadapi hal-hal tersebut, diantaranya seperti doa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW pada Abu Salamah RA

..... أَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحُزْنِ وَأَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَ الْكَسَلِ وَ أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَ الْبُخْلِ وَ أَعُوْذُبِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَ قَهْرِ الرِّجَالِ

Ya Allah sesungguhnya aku berlindung padaMu dari bingung dan sedih, dan aku berlindung padaMu dari lemah dan malas, dan aku berlindung padaMu dari penakut dan kikir, dan aku berlindung padaMu dari terlilit hutang ( HR. Abu Dawud )   

Apapun jenis kegalauan tersebut baik urusan dunia maupun akhirat, hendaklah kita kembalikan semuanya pada Allah swt, dengan demikian galau karena urusan dunia pun akan terobati dan larut dengan sendirinya dalam doa dan tercatat sebagai amaliyah akhirat.

 

 

 

No comments:

Post a Comment